Breaking News

Muhammadiyah Merasa Tidak Dihargai oleh BSI, Ini Alasan Mengalokasikan Dana Besar-besaran ke Bank Lain

 Foto: Muhammadiyah


Pelita Aceh.co.id -

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah memindahkan secara besar-besaran uangnya dari Bank Syariah Indonesia (BSI) ke perbankan lain. 

Muncul dugaan, organisasi keagamaan terbesar ke-2 di Indonesia itu sengaja menggeser dana simpanan karena merasa tidak dihargai oleh BSI.

Di wilayah Provinsi DIY, pertemuan bersama PP Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammad (AUM) di Yogyakarta, diminta melakukan rasionalisasi dana simpanan dan pembiayaan di BSI dengan fokus ke bank syariah lain serta bank-bank lain yang selama ini bekerja sama baik dengan Muhammadiyah.

Memo PP Muhammadiyah itu kemudian direspon jaringan organisasi Muhammadiyah di seluruh kabupaten dan kota di DIY. 

Mereka ramai-ramai memviralkan aksi 'kosongkan saldo BSI'. “Alhamdulillah meski menabungku dikit, ikut kasih pelajaran,” demikian tulisan dosen Prodi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Ma'ruf dalam akun media sosialnya.

Dia telah mengkonfirmasi itu adalah tulisannya sebagai tanggapan memo PP Muhammadiyah. 

Menurut Ahmad, memo tersebut sebenarnya untuk internal AUM. 

“Tapi kalau warga Muhammadiyah melakukan hal yang sama, ya boleh-boleh saja,” kata Ahmad saat dihubungi Jumat (7/6).

Hanya saja dia enggan memberikan penjelasan apa maksud dari kalimat 'Alhamdulillah meski menabungku dikit ikut kasih pelajaran' di akun media sosial pribadinya. 

“Jaga agar tetap kondusif, cukup untuk menggugah,” ucapnya.

Sumber lain membenarkan alasan Muhammadiyah memindah dana besar-besaran ke bank lain karena tidak dihargai oleh BSI. 

“Iya, BSI main-main sama Muhammadiyah dan tidak menghargai Muhammadiyah,” ucap narasumber itu.

Terpisah, sumber Radar Jogja berikutnya memberikan gambaran lebih detail alasan Muhammadiyah membawa pergi uangnya meninggalkan BSI. 

Menjabarkan kalimat Muhammadiyah 'tidak dihargai oleh BSI' "Kan biasa perbankan memberi CSR (corporate social responsibilitas). Tapi sebagai pemegang saham terbesar ke-3 (justru) kalah dengan mereka yang tidak punya saham," ungkapnya.

Lebih parah lagi, lanjut dia, ketika ada penataan pimpinan BSI, calon dari Muhammadiyah sama sekali tidak dihargai. 

Tidak direkrut untuk menjadi calon pemimpin.

"Di mana-mana dalam bisnis itu pemegang saham harus ditempatkan. Secara hukum bisnis saja, tidak usah bicara Muhammadiyah ya begitu," ujarnya.

Keharusan menempatkan pemegang saham di jajaran pimpinan.

Keharusan itu sebagai tradisi sehat di dunia bisnis, terutama perbankan.

“Itu yang dimaksud Muhammadiyah tidak dihargai oleh BSI,” tandas kader Muhammadiyah ini.



Editor : (Pelita Aceh )

Sumber: (Radar Jogja)

© Copyright 2022 - PELITA ACEH